Mengenai Saya
- Ivan Bataro Dachi
- My Name is Ivan Bataro Dachi. Usually my friends call me 'Ivan' or 'Dachi', so you can call me like that. I love to play guitar, Call of Duty, Need for Speed, basketball, soccer, tennis, billiard and i was RF player I have super dad and super mom. I have 2 sister and 1 brother. And I glad to be like this.
Rabu, 23 Januari 2013
Atlet yang Tersandung Kasus Doping
Di dunia olahraga banyak cara menjadi juara. Harus dengan cara yang halal, tapi ada pula yang tercela. Di antara yang menyimpang adalah penggunaan doping atau stimulan untuk atlet. Berikut ini delapan atlet yang terbukti menggunakan doping demi mempertahankan gelar ataupun untuk menyabet gelar juara mereka.
1. Lance Armstrong
Kasus doping mantan atlet balap sepeda dunia, Lance Armstrong, hangat dibicarakan di media menyusul keluarnya pernyataan mengejutkan dari Badan Anti Doping Amerika Serikat (USADA). USADA mengklaim jika kasus doping Armstrong menjadi yang terbesar dalam sejarah dunia olahraga.
Armstrong dijatuhi hukuman seumur hidup tak boleh bertanding. Bahkan Federasi Balap Sepeda Dunia (International Cycling Union/UCI) mencopot tujuh gelar Tour de France yang disabetnya dari tahun 1999-2005. Kini Armstrong pun pensiun dari dunia balap sepeda dan fokus mengelola badan amalnya.
2. Hysen Pulaku
Kasus doping pertama di Olimpiade London 2012 terjadi di cabang angkat besi. Lifter Albania, Hysen Pulaku yang seharusnya bertanding di kelas 77 kilogram, menjadi atlet pertama yang didiskualifikasi dari Olimpiade London setelah tidak lolos tes doping.
Apesnya hasil tes doping Komite Olimpiade Internasional menemukan urine Pulaku positif mengandung stanozolol--zat yang mengandung steroid. Pada sampel urine kedua, Pulaku juga gagal lolos tes doping. Hingga sanksi dijatuhkan, Pulaku serta Sami, pelatihnya, mengaku tidak tahu bagaimana zat stanozolol bisa berada di tubuh sang atlet. Stanozolol juga dikonsumsi atlet lompat tinggi Yunani, Dimitris Chondrokoukis, yang terpaksa mengundurkan diri dari Olimpiade tersebut.
3. Nadzeya Ostapchuk
Seorang atlet tolak peluru putri asal Belarusia, Nadzeya Ostapchuk harus mengembalikan medali emas yang diperolehnya pada Olimpiade London 2012. Komite Olimpiade Internasional (IOC) mendiskualifikasinya lantaran terbukti menggunakan doping, setelah lewat tes urine, terbukti mengonsumsi zat metenolone.
Namun Ostapchuk membantah tuduhan ini. Dia bertekad akan berjuang untuk memulihkan kembali nama baiknya. Tapi gelar juara sudah berpindah ke atlet asal Selandia Baru, Valerie Adams yang sebelumnya berada di urutan kedua.
4. Damola Osayemi
Medali emas Damola Osayemi yang diperoleh dalam lomba lari 100 meter perempuan dicabut panitia Commonwealth Games, pada 2010. Atlet Nigeria ini terbukti mengonsumsi bahan stimulasi yang dilarang. Akibat keputusan tersebut, medali emas jatuh ke tangan atlet asal St Vincent dan Grenada, Natasha Mayers.
Sampel darah yang diambil dari Osayemi menunjukkan bahwa atlet ini menggunakan stimulan methylhexaneamine, bahan yang masuk daftar dilarang oleh Lembaga AntiDoping Dunia. Dari hasil temuan itu, selain mencabut medali emas, lembaga ini juga melarangnya mengikuti lomba lari selama dua tahun.
5. Victoria Baranova
Atlet balap sepeda Rusia, Victoria Baranova, diusir dari ajang Olimpiade London setelah terbukti memakai obat perangsang. Organisasi balap sepeda internasional (UCI) mengungkapkan, uji doping terhadap Baranova dilakukan di Belarus pada 24 Juli 2012 atau tiga hari sebelum Olimpiade London resmi dibuka.
Juru bicara UCI, Enrico Carpani, menjelaskan tes doping pra-Olimpiade ini dilakukan atas permintaan Komite Olimpiade Internasional (IOC). Baranova tak membantah. Kata dia, tadinya ia memperkirakan obat perangsang yang dikonsumsi tidak bakal diketahui oleh UCI atau IOC. Kini, dia hanya bisa menyesalinya.
6. Arif Rahman Nasir
Peraih medali emas bagi indonesia dari cabang olahraga kempo pada SEA Games 2011, Arif Rahman Nasir harus terima skors dan larangan bertanding selama dua tahun. Dia terbukti menggunakan doping ketika tampil. Selain itu, emas yang direbut juga dikembalikan kepada Federasi SEA Games. Buntutnya, jumlah emas Indonesia harus berkurang satu.
Hukuman bagi atlet yang berlaga di nomor Kyu Kensi tersebut, diputuskan pada pertemuan SEA Games Council Meeting yang berlangsung di Myanmar pada 13-15 Juli lalu. Selain Arif, dua atlet Malaysia juga bernasib sama. Keduanya adalah M. Yunus Lasaleh, peraih emas yang turun di cabang atletik nomor 4x400 meter dan Firdaus Abdul Razak yang menyabet perunggu dari cabang angkat besi.
7. Debbie Dunn
Atlet AS Debbie Dunn akhirnya dijatuhi hukuman larangan bertanding selama dua tahun setelah dinyatakan positif menggunakan doping. Badan Anti Doping AS (USADA), September 2012 lalu menyatakan Dunn terbukti menggunakan anabolik steroid yang dilarang saat berlaga di uji coba Olimpiade pada Juni di Eugene, Oregon.
Pelari 34 tahun yang hanya lolos sebagai kandidat tim estafet 4x400 meter itu akhirnya menarik diri dari tim AS yang akan menuju Olimpiade London. Dia beralasan tak ingin kasus yang tengah menderanya itu mengganggu konsentrasi tim yang akan berlaga di London.
8. Dimitris Chondrokoukis
Belum lama pesta olahraga sedunia di London dibuka, catatan buruk sudah mencoreng wajah sportivitas atlet. Juara dunia lompat tinggi asal Yunani Dimitris Chondrokoukis dikeluarkan dari Olimpiade London setelah terbukti menggunakan obat terlarang yang dulu juga dipakai pelari asal Kanada Ben Johnson di Olimpiade Seoul 1988.
Ayah Chondrokoukis sekaligus pelatih, Kyriakos, mengatakan bahwa atletnya akan meminta uji ulang setelah hasil tes positif untuk stanozolol. Namun hingga kini, kabarnya tak terdengar lagi.
Sumber : http://id.olahraga.yahoo.com/news/spt--atlet-yang-tersandung-kasus-doping-080234944.html
Risiko Kesehatan Bagi Atlet yang Memakai Doping
Penggunaan doping bukan hanya petaka bagi seorang atlet yang kariernya bisa berakhir. Seperti pembalap sepeda Lance Armstrong yang dilarang bertanding seumur hidup, termasuk seluruh gelar juaranya dicopot.
Bahkan dalam sebuah pergelaran lomba beregu, jika ditemukan lebih dari dua atlet menggunakan doping, satu grup langsung didiskualifikasi. Begitulah peraturan Lembaga Antidoping Dunia atau World Anti-Doping Agency.
Dari sisi kesehatan, apa sebenarnya dampak penggunaan doping bagi atlet? Berikut ini penuturan dr Hario Tilarso, spesialis kedokteran olahraga dari Universitas Indonesia.
Apa sebenarnya yang melandasi keputusan atlet menggunakan doping?
Kalau mengonsumsi doping dengan benar pasti berpengaruh menunjang performa seseorang. Pengguna doping bisa menang, keluar menjadi juara dan mendapatkan hadiah. Padahal, obat substansi kimia hormon itu jika dikonsumsi akan menyebabkan kondisi tubuh tidak seimbang.
Bagaimana cara kerja doping ini?
Pada olahraga jarak jauh yang membutuhkan tenaga ekstra, maka doping digunakan guna meningkatkan hemoglobin untuk mengikat udara. Ada juga doping yang digunakan dalam rangka memperbesar otot badan dan memperbesar badan.
Apa dampak doping bagi kesehatan?
Penggunaan doping steroid juga dapat menyebabkan kolesterol naik, pertumbuhan tubuh terhambat, darah menjadi kental dan menyebabkan liver, serta sirkulasi darah bertambah. Akibatnya, menjadi berat dan menyebabkan stroke. Doping dilarang, karena pertama menggangu kesehatan dan kedua untuk fairplay.
Ada dampaknya terhadap pacuan jantung?
Pada jantung tidak ada masalah. Pada olahraga marathon atau olah raga jarak jauh, memang kekentalan darah bisa bertambah akibat doping. Namun, jika jantungnya masih kuat, tidak ada masalah.
Pada nadi bagaimana?
Jika denyut nadinya berkisar 170, 190, hingga 200 dan sirkulasi darah terus terpacu tidak akan menyebabkan meninggal. Mengonsumsi obat-obatan seperti vitamin A hanya akan merangsang agar selalu siaga karena akan ada pelebaran darah.
Seberapa parah efek jangka panjang penggunaan doping bagi atlet?
Jika mengonsumsi EFO (Eritropoietina - red.) maka hormon darah yang berasal dari ginjal akan menyebabkan stroke. Jika mengonsumsi steroid, membesarkan otot-otot pada tubuh. Namun jika mengonsumsi Estrogen akan membuat hormon wanitanya lebih dominan. Maka, ketika melihat binaragawan, payudaranya besar dan suaranya menjadi kecil. Selain itu, produksi sperma akan berkurang dan testis mengecil.
Sebagai pengganti doping, sebenarnya adakah yang bisa dikonsumsi oleh atlet (tentu saja selain latihan yang baik)?
Tidak ada selain latihan yang baik. Jika mempunyai otot besar, berarti akan menambah tenaga. Nah para atlet banyak yang mengambil jalan pintas dengan menggunakan doping.
Jadi tidak ada doping yang baik?
Tidak ada. Semuanya dilarang, karena akan mengganggu kesehatan. Ada obat yang hampir menyerempet ke doping yang sifatnya ergogenik, yaitu meningkatkan kerja atau prestasi seperti vitamin dan sports drink (minuman olah raga). Namun sport drinks untuk menambah karbohidrat dan elektrolit. Juga tidak menjaga agar daya tahan tubuh tahan lama.
Sistem badan tidak akan berubah. Maka tidak termasuk doping. Ada juga ergogenik lainnya, seperti perlengkapan penunjang semacam baju balap atau lainnya. Itu disebut doping mekanik atau biomekanik.
Sumber : http://id.olahraga.yahoo.com/news/spt--risiko-kesehatan-bagi-atlet-yang-memakai-doping-084826075.html
Langganan:
Postingan (Atom)